Sebelum membacanya harap sediakan TISU..!!!
Ibuku hanya memiliki satu kaki dan mata. Aku membencinya sungguh
memalukan. Ia menjadi juru masak di rumah tetanggaku dan berjualan kue
di sekolahku, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD,
ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya
dengan penuh kebencian dan melarikan diri. Ibuku terdiam hanya
memandang.
Keesokan harinya di sekolah.
”Ibumu hanya punya satu kaki dan satu mata. ?!?!” Iieeeeee, jerit
seorang temanku. Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada
ibu, “Bu, Mengapa Ibu tidak punya satu kaki dan satu mata lainnya?
Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati
saja!!!” Ibuku tidak menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada
saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin
sekali kukatakan selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi
aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka
karenaku.
Malam itu. Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku
sedang
menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun
karenanya. Ia memandangku sejenak, dan kemudian berlalu dengan kaki
pincang. Akibat perkataanku tadi, hatinya tertusuk. Walaupun begitu, aku
membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu kaki dan matanya. Jadi
aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan
menjadi orang yang sukses.
Kemudian aku belajar dengan
tekun, ibuku terus bekerja membelikanku baju, buku sekolah, membayar
uang sekolah. Dan akhirnya aku lulus dan mendapat beasiswa masuk
perguruan tinggi. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Jakarta untuk
menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun
memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang
sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat
akan ibuku.
Kebahagian ini bertambah terus dan terus,
ketika ibuku datang ke rumahku. Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Dengan
terlihat kepanasan di wajahnya, berkeringat dan terengah-engah dengan
kaki dan mata satunya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan
anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat bentuk ibuku yang gak
karu-karuan. Kataku, “Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!”
”Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku! !”
”KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!” Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh,
maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan ia pun berlalu dengan tongkat
kakinya. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak
peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega.
Suatu hari,
sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Jakarta. Aku
berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke
sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut
rumah.. Hanya ingin tahu saja.
Di sana, kutemukan ibuku
tergeletak dilantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata
sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk surat untukku.
”Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan aku tidak akan pergi
ke Jakarta lagi. Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku
sekali ? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu
kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke
sekolah. Demi kau. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu
dengan keadaan cacat fisiku.
Kau tahu, ketika kau
masih dalam kandungan ibu mengalami kecelakaan , ketika ibu masih hamil
seseorang telah dengan sengaja menabrak kaki ibu hingga patah. Tetapi
untung kandungan ibu selamat, akhirnya ibu melahirkan bayi lucu yaitu
kamu, tetapi sayang tuhan hanya memberikan mu satu mata .Sebagai
seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan mata satu.
Maka aku berikan mata satuku kepadamu,. Aku sangat bangga padamu yang
telah melihat seluruh dunia untukku, ditempatku, dengan mata itu. Aku
tak pernah marah atas semua kelakuanmu. Ketika kau marah padaku.. Aku
hanya membatin sendiri, “Itu karena ia mencintaiku” Anakku! Oh,
anakku!”
Akupun menangis sekeras dan memeluk ibuku
erat-erat meminta maaf, namun sayang ternyata Ibuku sudah beberapa jam
lalu meninggal dalam kesendiriannya.
Bersyukurlah atas apa yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu Anda!
Dikutip dari book of my mother.
0 comments:
Post a Comment