Sebut saja namanya ibu Sabar, beliau wanita luar biasa yang aku
kenal. Berputra empat, tiga perempuan dan seorang laki-laki. Suaminya
sudah tidak lagi bekerja dikarenakan sakit lama yang dideritanya.
Saat ini adalah saat yang mengharukan bagi sang Ibu. Puji syukur tak
henti-hentinya beliau panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, karena anak
lelakinya sekarang sudah punya pekerjaan dan akan menikah dengan seorang
yang sudah dikenal kebaikannya.Terbayang peristiwa sekitar lima tahunan
yang lalu..Ya Alloh..perkenankanlah doaku semoga anak lelakiku
mendapatkan istri yang shalehah
.
Lima tahunan yang lalu anak lelakinya pergi merantau ke negeri
seberang jauh dari kampungnya untuk mencari penghidupan yang
layak.Cita-citanya adalah menjadi tulang punggung keluarga, mengingat
dialah anak lelaki satu-satunya, sedang bapaknya sudah tidak bisa
bekerja lagi.
Hari berganti hari. Ibunya sangat merindukannya. Sampai suatu ketika,
sang ibu mendapat kabar yang sangat menyedihkan, kalau anak lelakinya
berada dalam sel tahanan polisi. Tanpa banyak berfikir, sang Ibu pun
berkeinginan untuk menjenguk putranya.
Setelah pinjam sana sini, akhirnya sang ibu menyusul anak lelakinya.
Naik pesawat terbang. Sesuatu yang tadinya mustahil untuk dilakukan,
jangankan untuk naik pesawat terbang, untuk kehidupan sehari-haripun
sudah pas-pasan. Namun karena tekad yang kuat untuk bertemu anak
lelakinya, maka sang ibupun berangkat setelah mendapat ijin dari
suaminya.
Sesampai ditempat tujuan, sang ibu langsung menemui putranya. Ia
seakan tak percaya melihat putranya, putranya yang dulu gagah sekarang
kumal hanya berbalut celana kolor, kotor sepertinya tak mandi beberapa
hari lamanya dan yang paling menyayat hatinya putranya tak sedikitpun
mengenali Ibunya.”Siapa Kamu!”..Kata sang anak.”Nak..Nak..ini
Ibumu..kenapa kamu disini. Ini tempat para maling dan penjahat, ini
bukan tempatmu..ini bukan tempatmu,…siapa yang memasukkan kamu ke
penjara ini Nak..siapa….ini bukan tempatmu Nak…” Tangis Sang Ibu tak
henti-hentinya.
“Anak ibu membahayakan orang lain!” Begitu penjelasan dari polisi
yang didapat ketika sang ibu menanyakan kenapa anaknya dimasukkan ke sel
tahanan.” Ini tidak manusiawi, Pak!” seharusnya bukan begini caranya!”
Kata sang ibu.”Tapi siapa yang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu?!”
Kata Pak Polisi.”Aku Pak!,…Aku yang bertanggung jawab, ..Aku Ibunya!”
Jawab sang Ibu tegas.
Akhirnya Anak lelaki bu Sabar diperbolehkan pulang, dan sang ibu
merencanakan membawa anak lelakinya ke kampung untuk pengobatan. Dengan
segala perjuangan akhirnya sampailah sang ibu dan anak lelakinya ke
rumah. Hatinya berbalut sedih nestapa, anak lelaki yang sangat
disayanginya kini tak mengenali dirinya. “Ahh.. tidak mengapa, Aku harus
kuat dan Aku harus berjuang demi anakku..aku tidak memiliki apa-apa,
Tapi aku punya kekuatan Doa..Doa untuk anakku” Tekad sang ibu.
Sejak itu hari-harinya hanya untuk mengurusi anaknya. Sejauh ini ia
tak tahu apa yang harus dilakukannya untuk kesembuhan putranya yang ia
tahu anaknya kembali seperti bayi. Semua keperluan anaknya Ibunya yang
mengurusi, mulai dari makan, minum, mandi, BAB, ya.. semuanya. Anak
lelakinya kembali seperti bayi tetapi bayi yang pemarah, bayi yang
terus-menerus teriak, menendang, bahkan pernah mencekik nya. ”Bukan
Salahnya..ini semua bukan salahnya..Ia hanya sakit..” Kata sang ibu
begitu Ikhlasnya.
Hampir tiga bulan lamanya sang ibu menemani putranya, dan selama itu
katanya tak pernah sekalipun sang ibu bisa tersenyum, apalagi tertawa.
Pernah beliau mendengar tawa seorang tetangganya, katanya beliau sangat
iri kepada tetangganya itu karena bisa tertawa.
Sampai suatu ketika ada tetangga yang berbaik hati, memberikan
informasi pengoba
tan medis di rumah sakit. Dibawalah sang anak kesana.
Setelah hampir dua minggu berobat., tibalah saat sang ibu untuk menemui
putranya.
“Ibu”…panggil sang anak. Mengalir deraslah tangis sang Ibu…”Ya Alloh
yang Maha Pengasih…terima kasih atas karunia Mu, Anak lelakiku telah
kembali”.” Panggil lagi Nak..panggil lagi aku Ibu sepuasmu…kata Itu
sangat berharga dan yang paling indah yang pernah ku dengar” Kata Sang
Ibu.
“Ibu..sepertinya aku telah bermimpi. Sudah berapa lama aku di rumah
sakit ini?, Aku Kenapa disini bu?.apa yang telah terjadi dengan aku”
Tanya sang anak bertubi-tubi. Perlahan-lahan dieja deretan kata-kata
dibaju yang ia pakai ..juga tulisan yang ada diseprei tempat
tidurnya…Ru..mah..Sa..kit…Ji..wa.”Hah!.. Rumah Sakit Jiwa?..Apa Aku
sakit Jiwa bu..” Tanya sang anak.
Sang Ibu terus memeluknya..tak ingin melepaskannya…kali ini Sang Ibu
menangis bahagia.”Kamu sudah sehat anakku..kamu sudah bangun dari mimpi
burukmu. Terima kasih Ya Alloh…terimakasih Ya..Alloh..Engkau telah
mengabulkan doaku” Kata sang ibu.
Sang Ibu terhenyak dari lamunan peristiwa lima tahun yang lalu,
ketika para tamu undangan Walimah pernikahan anak lelakinya mulai
berdatangan. Selamat menempuh hidup baru anakku, Semoga menjadi keluarga
Sakinah Mawadah Warohmah. Doa Restuku akan selalu menyertaimu…
Anak-anakku.
Saat-saat pernikahan anak lelaki Sang Ibu
0 comments:
Post a Comment